Di tengah sorotan lampu premiere dokumenter terbaru berjudul Volver, Marc Márquez memberikan kabar yang menenangkan usai kembali menjalani operasi pada bahu kanannya beberapa waktu lalu. “Saya pulih dengan baik,” ungkap sang juara dunia sembilan kali itu kepada AS.
Dokumenter ini membingkai perjuangan Márquez di samping ikon besar seperti Rafa Nadal, Fernando Alonso, dan Andrés Iniesta. Volver merekam jejak terjal para atlet ini dalam menaklukkan rintangan terbesar karier mereka.
Bagi Márquez, dokumenter ini menjadi buku harian visual dari kebangkitannya—melewati derita cedera, meja operasi, dan rehabilitasi yang menyiksa—hingga akhirnya kembali bertakhta di puncak MotoGP sebagai juara dunia untuk kesembilan kalinya.
Namun, realita dari perjuangan itu masih berlanjut. Sang juara tetap pragmatis, menyadari bahwa meskipun ia telah kembali ke puncak, upaya untuk bertahan di sana tidaklah mudah.
“Jika tidak ada kemunduran—jika saya melakukan semuanya dengan benar dan mengikuti saran medis—seharusnya tidak ada masalah tak terduga,” jelas Márquez mengenai kondisi pasca-operasinya. “Saya harus merelakan liburan demi memprioritaskan pemulihan, tapi saya akan terus bekerja keras agar siap sepenuhnya untuk awal musim.”
Bayang-Bayang Gantung Helm
Meski euforia gelar kesembilan masih terasa, pertanyaan mengenai masa depan The Baby Alien mulai menyeruak. Dokumenter ini menyoroti dampak fisik yang brutal dari olahraga elite, memicu pertanyaan tak terelakkan: sampai kapan pembalap berusia 32 tahun ini bisa terus melawan batasan fisiknya?
“Kita lihat apa yang akan terjadi di masa depan. Ada banyak variabel yang harus diatur, tapi keinginan saya untuk lanjut sangat besar,” aku Márquez. “Kenyataannya, saya harus selalu mendengarkan tubuh saya. Masalah-masalah kecil terus bermunculan—ada yang kita tahu, ada yang tidak.”
Ia menarik paralel yang menyentuh dengan legenda lain yang ditampilkan di Volver.
“Setelah begitu banyak kecelakaan, Anda mendorong tubuh ke batas maksimal sebagai seorang atlet. Cedera sering meninggalkan bekas yang memaksa banyak atlet berhenti—bukan karena mentalitas atau kurangnya rasa lapar akan gelar, tapi karena tubuh mereka berkata ‘cukup’. Kita sudah melihatnya pada Rafa Nadal dan Pau Gasol, yang pada akhirnya terpaksa harus minggir.”
Fokus Menatap 2026
Márquez memang belum memiliki “tanggal kadaluarsa” saat ini, namun ia sadar betul bahwa waktu tidak menunggu siapa pun. Kendati demikian, usai mengunci gelar dunianya yang kesembilan, fokusnya tetap tunggal. Perasaannya mungkin berbeda setelah perjalanan panjang ini, namun targetnya tidak berubah.
“Musim dingin ini adalah soal pemulihan, tapi rasa lapar ini belum hilang—saya ingin mendapatkan kembali perasaan menang itu,” tegas pembalap asal Spanyol tersebut, menepis anggapan untuk melambat. “Saya harus bersiap dengan baik untuk musim balap ’26 demi mencoba menang lagi. Kami harus melakukannya.”
Dengan motivasi yang masih utuh dan paket motor Ducati yang mumpuni, Márquez bersiap mempertahankan takhtanya, membuktikan sekali lagi bahwa kisah comeback-nya belum benar-benar selesai.
Saksikan MotoGP 2026 secara langsung di aplikasi SPOTV NOW.



