Marc Marquez Kapok: Kecelakaan Mengajari Agar Menghargai Tubuh

Karier Marc Marquez sebagai pembalap MotoGP adalah perpaduan antara kejeniusan di lintasan dan kengerian cedera yang tak terhitung. Sang juara dunia ini mengakui bahwa perjalanannya kini sangat bergantung pada ketahanan fisiknya sendiri—sebuah realitas pahit yang datang setelah serangkaian kecelakaan parah.

Daftar cedera yang diderita pembalap 32 tahun itu begitu panjang dan menjadi saksi bisu betapa ekstremnya risiko yang ia ambil: lengan patah pada tahun 2020, gegar otak pada 2021, dan masalah penglihatan ganda (double vision) yang memaksanya menepi pada 2022.

Musim 2023 menambah daftar trauma dengan patah pergelangan kaki, tulang rusuk, dan jari-jari.

Setelah musim 2024 yang solid bersama Gresini Racing, ia mengambil langkah berani pindah ke Ducati pada 2025 dan langsung menorehkan sejarah dengan merebut gelar juara dunia.

Ironisnya, bahkan di penghujung musim kemenangannya, Marquez lagi-lagi mengalami cedera.

Ia mengalami cedera bahu setelah terjatuh di MotoGP Mandalika pada bulan Oktober sehingga memaksanya menjalani masa pemulihan hingga saat ini.

 

Akumulasi penderitaan fisik ini telah membawa sang pembalap Spanyol itu pada satu kesimpulan mendalam: ia akhirnya belajar menghargai dan menghormati batas kemampuan tubuhnya.

“Bagi saya, pelajaran terpenting yang diajarkan MotoGP kepada saya adalah menghormati tubuh sendiri,” ujarnya.

“Saya selalu berpikir bahwa tubuh saya adalah pelayan bagi balap motor, dan saya akan memberikan segalanya untuk olahraga ini.

“Namun, cedera, kesulitan, dan pengalaman telah mengajarkan saya bahwa, jika Anda tidak menghormati tubuh Anda, momen-momen indah itu tidak akan datang, dan Anda bahkan tidak bisa menikmatinya.

“Tujuan saya adalah kembali ke puncak, menjadi kompetitif lagi, tetapi untuk mencapainya, Anda tidak bisa hanya melihat puncak gunung.

“Anda harus melangkah selangkah demi selangkah, mendapatkan kembali kepercayaan diri, memenangkan podium lagi, kemenangan lagi, dan perlahan membangun pendakian menuju puncak terakhir, yang diinginkan semua orang tetapi hanya sedikit yang benar-benar bisa menaklukkannya.”

Berbekal rasa hormat yang mahal ini, pria Spanyol itu berkomitmen penuh pada proses rehabilitasi pasca-kecelakaan di Lombok. Ia tidak terburu-buru kembali mengendarai motornya sebelum pulih total.

Jorge Martin: From Heaven to Hell

Coming into the season as the reigning World Champion, the Spaniard endured a nightmare year, as injury derailed his debut campaign with Aprilia

SPOTV NOW