Kuala Lumpur Didera Kecemasan! Seharusnya, publik Malaysia bersorak merayakan perjalanan bersejarah. Timnas mereka, Harimau Malaya, hanya tinggal selangkah lagi mengunci tiket ke putaran final Piala Asia AFC 2027 dengan rekor sempurna: lima kemenangan dari lima laga di Grup F!
Namun, suasana euforia itu mendadak sunyi, digantikan keheningan mencekam dan rasa malu yang mendalam. Timnas Malaysia kini terjerat dalam salah satu kontroversi naturalisasi paling merusak dalam sejarah sepak bola modern Asia Tenggara.
Badan Sepak Bola Dunia (FIFA) telah menyatakan Federasi Sepak Bola Malaysia (FAM) bersalah karena secara sengaja menurunkan tujuh (7) pemain naturalisasi dengan dokumen yang dipalsukan.
Tujuh pemain yang kini menjadi sorotan tajam adalah Facundo Garces, Rodrigo Holgado, Imanol Machuca, Joao Figueiredo, Jon Irazabal, Gabriel Palmero, dan Hector Hevel.
View this post on Instagram
FIFA tak main-main! Sanksi berat telah dijatuhkan: masing-masing pemain dilarang bermain selama 12 bulan!
FAM kini berjuang mati-matian, mengajukan banding ke Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS). Tetapi, selama proses banding berjalan, ancaman hukuman yang lebih besar membayangi Malaysia.
Yang paling krusial: Para pemain bermasalah ini tampil saat Malaysia meraih kemenangan penting atas Nepal dan Vietnam!
Jika putusan FIFA dikuatkan, legitimasi semua hasil pertandingan Malaysia terancam! Akankah kualifikasi sempurna itu hanya menjadi tumpukan debu?
Sambil publik menanti keputusan akhir yang bisa mengubah peta sepak bola regional, mari kita lihat kembali kasus-kasus tim nasional lain yang pernah dihantam badai serupa akibat memainkan pemain tidak sah.
Timor-Leste
Antara tahun 2012 dan 2016, Timor-Leste menjalankan skema naturalisasi ilegal paling ekstensif di kancah internasional. Lusinan pemain kelahiran Brasil didaftarkan menggunakan akte kelahiran Timor palsu agar bisa berlaga di Kualifikasi Piala Asia dan Piala Dunia.
FIFA dan AFC bertindak tegas:
-
Timor-Leste dilarang tampil di Piala Asia AFC 2023.
-
29 hasil pertandingan resmi mereka dibatalkan (anulir).
-
Federasi dikenai denda besar, dan sejumlah pejabat senior dilarang beraktivitas. Kasus ini tetap menjadi salah satu tindakan keras terkait kelayakan pemain paling parah dalam sejarah sepak bola.
Equatorial Guinea
Emilio Nsue, penyerang kelahiran Spanyol, mulai membela negara ayahnya, Equatorial Guinea, pada tahun 2013. Namun, FIFA kemudian memutuskan ia tidak memenuhi syarat untuk berpindah kewarganegaraan.
Meskipun sudah ada putusan itu, Nsue terus dimainkan dalam pertandingan resmi, termasuk di Piala Afrika. Pelanggaran berulang ini berujung pada pembatalan (forfeiture) banyak hasil pertandingan, bahkan lawan-lawan Equatorial Guinea mendapatkan kemenangan walkover 3-0 selama bertahun-tahun.
Meski demikian, dalam plot twist dramatis, setelah lebih dari satu dekade perselisihan, FIFA secara resmi membersihkan nama Nsue dan mengizinkannya bermain untuk Equatorial Guinea pada Maret 2025.
Bolivia
Kasus Bolivia berpusat pada Nelson Cabrera, bek kelahiran Paraguay. Ia tampil di Kualifikasi Piala Dunia 2018 melawan Peru dan Chile, padahal ia gagal memenuhi persyaratan domisili lima tahun dari FIFA.
Keputusan FIFA adalah membuat dua pertandingan itu menjadi kekalahan forfeit 0-3 untuk Bolivia, yang juga dikuatkan oleh CAS. Putusan ini mengubah secara dramatis klasemen Kualifikasi Zona Amerika Selatan!
Hasilnya: Peru terbantu mengamankan tempat di Piala Dunia, sementara Chile justru harus gigit jari dan gagal lolos.
Suriah
Pada Kualifikasi Piala Dunia 2014, Suriah menurunkan striker George Mourad (sebelumnya pernah membela Swedia) dalam dua leg melawan Tajikistan. Suriah menang meyakinkan dengan agregat 6-1!
Namun, Mourad diketahui belum menyelesaikan prosedur resmi perpindahan kewarganegaraan yang disyaratkan FIFA. FIFA langsung membatalkan hasilnya, memberikan kemenangan forfeit 3-0 di kedua leg untuk Tajikistan!
Tajikistan yang sudah tersingkir, kembali diikutsertakan di babak kualifikasi berikutnya!
Akankah Malaysia bernasib sama dengan Timor-Leste atau Bolivia? Nasib Harimau Malaya, dan mungkin tiket ke Piala Asia 2027, kini sepenuhnya bergantung pada keputusan di meja hijau CAS yang kemungkinan besar keluar pada akhir bulan ini.



