“Saya Berulang Kali Minta Dilepas”: Pengakuan Mengejutkan Alessandro Bastoni

Alessandro Bastoni saat bermain melawan Como 1907 di Stadion San Siro, 6 Desember 2025 (IMAGO / Beautiful Sports)

Alessandro Bastoni adalah batu karang solid di lini pertahanan Inter sekaligus poros masa depan tim nasional Italia. Kehadirannya tampak seperti sebuah kepastian.

Namun, bek berusia 26 tahun ini baru saja mengungkap sebuah rahasia besar: perjalanan kariernya di Inter hampir saja terhenti karena rasa tidak percaya diri yang mendalam.

Sulit dibayangkan sekarang, tetapi saat kembali menginjakkan kaki di San Siro pada musim 2019/2020, usai masa pinjaman selama tiga tahun di Atalanta dan Parma, Bastoni justru ingin segera angkat koper.

Melihat barisan pertahanan Inter yang saat itu dihuni raksasa seperti Milan Skriniar, Diego Godín, dan Stefan de Vrij, ia merasa dirinya tidak cukup layak.

“Saya berulang kali meminta untuk dipinjamkan ke klub lain,” aku Bastoni. Ia tidak hanya meragukan posisinya di tim, tapi juga meragukan kesanggupannya memikul beban seragam Inter yang berat.

Beruntung, ada Antonio Conte yang menahannya. Conte menolak semua permintaan peminjaman tersebut, menjanjikan menit bermain, dan meyakinkan Bastoni bahwa ia adalah bagian dari proyek besarnya.

Mewarisi DNA Inter

Kini, memasuki musim ketujuh dengan hampir 300 penampilan, sang murid telah menjelma menjadi guru. Bastoni bukan lagi bocah yang mencari jalan keluar; ia kini adalah veteran yang siap membimbing pemain muda.

Ia berbicara dengan rasa hormat yang mendalam kepada “penjaga tradisi” lama seperti Andrea Ranocchia, Danilo D’Ambrosio, dan Samir Handanović. Merekalah yang mengajarkan Bastoni tentang sakralnya lambang di dada.

“Bermain untuk Inter berarti mewakili perasaan jutaan fans,” jelasnya. “Anda akan segera sadar bahwa suasana hati mereka sepanjang pekan sangat bergantung pada hasil pertandingan Anda.”

Mengejar Liga Champion

Berbicara tentang masa depan, Bastoni tampil pragmatis sekaligus lapar. “Saya tidak akan mengatakannya, tetapi sudah dua kali saya nyaris mendapatknya,” tutur bek bertinggi 190cm tersebut.

Tentu ia merujuk pada kepedihan dari dua kegagalan di final Liga Champions .

Baginya, pertumbuhan justru ditemukan di balik bayang-bayang kekalahan, bukan dalam euforia gelar juara.

“Kegembiraan saat menang akan memudar dengan cepat,” ujarnya, “tapi perihnya kekalahan akan membuat Anda terjaga di malam hari, memaksa Anda menganalisis setiap kesalahan.”

Sementara di level internasional, misinya adalah memastikan Italia lolos ke Piala Dunia 2026 setelah dua edisi terakhir gagal lolos ke putaran final.

Jorge Martin: From Heaven to Hell

Coming into the season as the reigning World Champion, the Spaniard endured a nightmare year, as injury derailed his debut campaign with Aprilia

SPOTV NOW